Halitu tidaklah terlalu aneh, mungkin karena sekarang orang lebih banyak menghabiskan waktu untuk berbelanja di supermarket dan minimarket lokal dari pada dulu. Dengan adanya banyak pilihan yang tersedia, memilih apa yang Anda inginkan memerlukan usaha yang lebih keras. Namun mengapa orang semakin kurang menyukainya?

JAKARTA, - Pandemi Covid-19 telah mengakselerasi pertumbuhan industri e-commerce di Indonesia dan meningkatkan konsumsi masyarakat di platform digital. Masyarakat pun lebih banyak berbelanja secara daring daripada belanja secara langsung ke lokasi. Hal itu terlihat dari laporan “Navigating Indonesia’s E-Commerce Omnichannel as the Future of Retail". Berdasarkan laporan ini, 74,5 persen konsumen lebih banyak berbelanja online daripada berbelanja dan CEO SIRCLO, Brian Marshal mengatakan, hal itu terjadi lantaran pandemi membuat hampir semua pemenuhan kebutuhan pokok dan berbagai kegiatan lainnya dialihkan melalui layanan digital. Baca juga Belanja di Malaysia Akan Bisa Gunakan Rupiah lewat QRIS "Masyarakat kini dinilai semakin bergantung dengan produk dan layanan yang dihadirkan melalui platform digital, termasuk perilaku konsumen yang semakin mendorong ke berbelanja secara online," kata Brian dalam siaran pers, Jumat 22/10/2021. Lebih lanjut laporan menemukan, pandemi membuat 17,5 persen konsumen offline mulai mencoba berbelanja secara online. Adapun ragam kanal penjualan yang digunakan oleh konsumen untuk berbelanja online, diantaranya marketplace, media sosial, dan website. Konsumen yang memilih untuk berbelanja online secara eksklusif meningkat dari 11 persen sebelum pandemi menjadi 25,5 persen di awal 2021. Menariknya, 74,5 persen konsumen yang tetap berbelanja secara offline dan online di masa pandemi lebih banyak berbelanja online."Saat ini, konsumen bisa dengan mudah mencari tahu dengan detail mengenai suatu produk melalui berbagai platform," ucap dia. Lebih lanjut, berkembangnya industri e-commerce di tanah air dan semakin majunya teknologi, akan membuat pelaku bisnis harus kian adaptif menerapkan berbagai strategi untuk bisnis mereka. Perilaku konsumen seperti ini jelas akan berpengaruh pada bisnis, khususnya bisnis online. Di sinilah kata Brian, peranan omni channel semakin penting. Omni channel, atau model bisnis lintas channel, dapat menghubungkan operasional bisnis online dan offline milik brand dalam satu ekosistem yang terintegrasi, serta memungkinkan brand untuk menciptakan pengalaman berbelanja yang seamless bagi konsumen. Strategi omnichannel juga dapat membantu brand untuk menciptakan sebuah sinergi antara setiap kanal penjualan mereka yang pada akhirnya dapat memperluas jangkauan di berbagai kanal penjualan online dan mampu menaikkan traffic transaksi. "Solusi omni channel adalah masa depan e-commerce, sehingga sangat penting untuk kita semua pelaku industri agar bersama-sama memiliki wawasan yang terdepan mengenai hal ini," sebut Brian. Baca juga 87,1 Persen Pengguna Internet di Indonesia Belanja Online, Manakah Dompet Digital Paling Menguntungkan? Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Selainagar terlihat segar, buah dan sayur yang disemprotkannya air ini berkaitan dengan pendapatan supermarket. Sebab, ketika disemport air, sayuran dan buah lebih berat ketimbang buah dan sayuran yang tidak disemprot air. Dengan menyemprotkan air pada produk buah dan sayur dapat memberikan pihak supermarket keuntungan hinggas 25 persen. (rna)
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh hubungan antara kualitas pelayanan dan kualitas produk terhadap kepuasan konsumen pada industri ritel, khususnya Supermarket Matahari, Mal Metropolitan dan Carrefour. Metode penelitian menggunakan asosiatif kausal, bertujuan untuk mengukur hubungan kausal variabel independen dengan variabel dependen. Populasi penelitian seluruh konsumen ketiga supermarket, dan jumlah sampel yang diambil sebanyak 120 orang random sampling. Pengambilan data dengan menggunakan teknik kuesioner yang terstruktur yang disampaikan kepada responden pada saat berbelanja, yaitu sekitar bulan Februari-Maret 2011. Untuk menguji hipotesis digunakan analisis regresi dan Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan dan kualitas produk merupakan faktor utama yang mempengaruhi kepuasan konsumen berbelanja di ketiga supermarket, karena itu ketiga supermarket harus tetap meningkatkan kualitas pelayanan dan kualitas produk secara berkesinambungan, agar selain dapat bertahan juga berkembang dimasa datang. Dilihat dari persentase jawaban masing-masing responden super- market, dapat disimpulkan bahwa konsumen lebih senang berbelanja di Carrefour dari pada di kedua supermarket, karena faktor kualitas pelayanan dan produk yang diberikan lebih unggul/superior dibandingkan dengan Mal Metropolitan dan Matahari. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
Seringmendengar musik asyik yang bikin kamu betah berlama-lama di supermarket? Pada Jurnal Procedia Economics and Finance dilansir dari liputan6.com, terdapat satu studi dengan hasil bahwa musik yang menyenangkan didengar oleh konsumen mampu membuat mereka betah dan menghabiskan lebih banyak uang untuk berbelanja di sana. 11. Aroma bakery.
Sebagian besar orang sekarang lebih suka berbelanja di supermarket dibanding pasar tradisional. Sebab, lebih bersih dan tertata rapi. Jadi lebih menarik dan memudahkan pencarian berbagai jenis masih ada saja hal-hal kecil yang seharusnya tak dilakukan pengunjung, tapi masih diteruskan. Seperti dilansir dari Insider, beberapa pengunjung kerap melakukan hal buruk seperti di bawah Memindah posisi makanan membuat rak berantakan dan bisa merusak kualitasnya. Kalau gak jadi beli, taruh kembali di tempat 2. Jangan meninggalkan troli di tengah jalan, biar tak menghambat jalan pengunjung lain. Letakkan di pinggir dengan memberi ruang 3. Hindari berbelanja banyak barang saat supermarket sudah mau tutup. Kamu membuat kasir menunggu lebih Tran 4. Menyentuh dan meremas buah yang tidak kamu beli bukan hal yang baik. Tanganmu bisa saja kotor dan membuat buah 5. Kalau menjatuhkan barang dan membuat kotor, jangan lari. Segera beri tahu petugas untuk membantu 6. Jika membawa anak-anak, jangan menaruhnya di dalam troli. Posisikan di bagian yang sudah disediakan, biar troli tak Baca Juga 10 Makanan yang Sebaiknya Dihindari Saat Work From Home, Gak Sehat! 7. Meski sudah berencana membeli, jangan membuka makanan atau minuman sebelum membayar. Itu sangat tidak sopan, beberapa supermarket menerapkan aturan ini, 8. Meninggalkan troli di bagian luar batas membuat pagawai kesal. Berbaik hatilah, kembalikan troli di tempat yang 9. Jangan meminta petugas mengambil barang baru di gudang. Proses distribusi supermarket cukup rumit, ambillah yang ada di Pasaric 10. Kalau masa berlaku kupon diskonmu sudah terlewat, jangan memarahi pegawai. Itu bukan kesalahannya, kamu saja yang kurang Itulah beberapa hal yang sebaiknya tak dilakukan ketika berbelanja di supermarket. Tidak hanya menyusahkan pegawai, tapi juga mengganggu kenyamanan pengunjung lainnya. Yuk, saling menghargai satu sama lain! Baca Juga 10 Ekspektasi vs Realita saat Cewek Belanja Online Ini Ngenes Abis
TEMPOCO, Jakarta - Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Tjahya Widayanti menilai masyarakat saat ini lebih senang berbelanja ke minimarket karena akses yang lebih dekat karena di sana juga menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari Fast Moving Consumer Goods (FMCG). JAKARTA - Salah seorang warga Jakarta Selatan, Desi Risna 23 mengatakan, masih sering berbelanja di supermarket karena lebih praktis. Menurut mahasiswi Universitas Negeri Jakarta UNJ ini membeli kebutuhan bulanannya secara langsung mendatangi supermarket karena bisa lebih puas memilih produk-produk yang tersedia dengan beragam promosi."Kalau saya belanja bulanan buat di kosan belinya ke supermarket seperti Hypermart, Lotte, Tip Top, karena lebih puas saja bisa pilih-pilih yang ada promonya," ujar Desi saat ditemui Republika di Hypermart di Mal Pejaten Village, Jakarta Selatan, Selasa 15/1.Ia mengaku masih berbelanja kebutuhan sandang dan pangan langsung mengunjungi toko atau mal. Meski harus mengantre terlebih ketika akhir atau awal bulan, tetapi tak menyurutkan semangatnya untuk berbelanja. Menurut Desy, berbelanja secara langsung menjadi kegemaran tersendiri. Apalagi jika berbelanja kebutuhan sehari-hari yang tersedia di toko-toko yang masih dapat dijangkau olehnya. Ia mengatakan, hanya berbelanja melalui online ketika barang yang ingin dibelinya berada di luar kota. Menurutnya, berbelanja online tidak memberikan kepuasan karena tidak melihat secara langsung barang yang ingin dibeli."Kalau saya selama yang mau dibeli dekat saya datengin saja, seru kan kalau belanja bisa pilih-pilih. Kalau online kadang gambar sama kenyataannya itu beda ya," jelas senada juga diungkapkan, Risky 35, ia memang meluangkan waktu jika akan berbelanja. Menurut karyawan swasta di kawasan Jakarta Selatan ini, ia lebih merasa leluasa berbelanja secara offline dibandingkan online."Belanja kayak gini memang butuh waktu, tetapi saya puas. Sepatu, baju, kan harus dicoba dulu ya, cocok atau enggak, ukurannyan pas atau enggak," kata Chaeroni 23, karyawan di kawasan Gandaria City mengatakan, lebih menyukai berbelanja online karena beragam promosi yang ditawarkan market place dari gratis ongkos kirim hingga potongan harga. Untuk menghindari penipuan, ia hanya berbelanja online melalui market place tepercaya."Sebelum beli itu lihat dulu review pembeli. Market placenya juga yang kalau bayar itu engga masuk ke rekening penjual, tetapi ditahan dulu. Jadi kalau barang enggak sampai, aman, bisa balik lagi uangnya," kata perempuan yang membeli telepon genggamnya juga melalui ia tidak pernah membeli online dengan transaksi secara langsung kepada penjual. Apabila ia tertarik produk dari penjual di media sosial, Chaeroni akan menanyakan apakah penjual tersebut memiliki akun di market place atau sering membeli kebutuhan sehari-hari melalui online seperti skin care, pakaian, hijab, tas, maupun sepatu. Akan tetapi, jika seperti sampo atau sabun yang juga tersedia dijual di toko-toko ritel, ia lebih memilih membeli secara offline."Tergantung kebutuhan jadinya, kadang kita ingin beli tapi adanya di online doang. Kalau barang-barang sehari-hari ada di minimarket ya belinya offline," kata pantauan Republika di Hypermart Mal Pejaten Village Selasa 15/1 sore, sejumlah pengunjung tampak sedang berbelanja dengan membawa keranjang maupun trolley dorong. Dari anak muda hingga ibu rumah tangga yang membawa serta anaknya pembayaran di kasir terlihat tidak begitu mengantre. Sekitar lima kasir yang dapat melayani konsumen dengan tak lebih dari dua orang yang mengantre ini, PT Hero Supermarket Tbk menginformasikan penutupan 26 toko Hero. Sebanyak 532 karyawan harus terkena dampak dua tahun terakhir, sejumlah jaringan toko retail ditutup. PT Mitra Adi Perkasa MAPI menutup dan tidak memperpanjang gerai-gerai retail merek asing yang menjadi mitra mereka. Sementara, retail lokal semisal Matahari dan Ramayana juga menutup beberapa toko mereka.
Masyarakatpun lebih banyak berbelanja secara daring daripada belanja secara langsung ke lokasi. Hal itu terlihat dari laporan "Navigating Indonesia's E-Commerce: Omnichannel as the Future of Retail". Berdasarkan laporan ini, 74,5 persen konsumen lebih banyak berbelanja online daripada berbelanja offline.
“Uang tidak dapat memberikan kebahagian, tetapi memiliki uang untuk berbelanja dapat mendatangkan kebahagiaan.” UNGKAPAN tersebut terdengar begitu klise. Namun toh faktanya tak pernah lekang oleh waktu. Salah satu buktinya ditunjukkan oleh temuan dari riset saya bersama Snapcart; 1 dari 2 orang Indonesia mengatakan akan berbelanja jika memiliki uang lebih. Data ini diambil dari sampel mendekati responden yang tersebar dari berbagai daerah di Indonesia Namun apa yang dimaksud dengan belanja dan mengapa belanja dapat mendatangkan kebahagian bagi kita? Apa implikasinya bagi marketer, pemilik tempat perbelanjaan, restoran, toko, warung, atau minimarket? Bagaimana pengalaman berbelanja yang baik bisa mendatangkan keuntungan bagi usaha kita – baik secara daring maupun luring? Video Terkini Berbeda dengan masyarakat di negara lain, belanja bagi masyarakat Indonesia adalah suatu kegiatan yang lebih dari sekadar rutinitas dan tidak dipandang sebagai suatu beban. Bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, berbelanja adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Ketika PPKM diterapkan, banyak orang di perkotaan merasa sedih bukan karena tidak bisa ke kantor; tetapi karena tidak bisa ke mal dan pusat-pusat perbelanjaan. Ketika pemerintah mencabut PPKM, mal-mal dan pusat perbelanjaan langsung kembali membludak. Berbelanja tidak hanya diartikan sempit untuk membeli kebutuhan sehari-hari, tetapi juga termasuk menyantap makanan favorit di restoran hingga menonton film yang sedang trending di bioskop. Perilaku masyarakat kita dalam berbelanja secara daring juga demikian. Kemampuan untuk membeli barang yang diinginkan menjadi salah satu faktor yang membahagiakan. Promosi yang diadakan oleh berbagai platform e-commerce setiap bulannya tidak pernah sepi peminat. Bahkan masyarakat sudah “ketagihan” dengan flash sale yang menjadi ajang “pertempuran” merek atau pemilik bisnis. Salah satu bukti betapa “doyannya” masyarakat kita dengan berbelanja adalah meningkatnya pengguna Paylater di berbagai aplikasi. Harga yang menggiurkan dengan kemudahan pilihan pembayaran membuat kita “kecanduan”. Bahkan tren menunjukkan makin banyak generasi Milennial dan Gen Z yang terjerat utang karenanya. Mengapa berbelanja mendatangkan kebahagiaan? Berdasarkan hasil riset yang saya lakukan bersama tim, ada beberapa hal yang membuat berbelanja bisa mendatangkan kebahagiaan bagi masyarakat Indonesia. Pertama, merekatkan hubungan sosial. Bagi masyarakat kita, berbelanja menjadi ajang bersosialisasi bersama teman ataupun anggota keluarga. Sebagai contoh, kegiatan berselancar di internet dan mengevaluasi produk perawatan tubuh menjadi perbincangan seru antara ibu dan putrinya atau obrolan ringan antara ayah dan anak untuk memilih mainan. Kedua, memenuhi hasrat untuk menjelajahi dan menemukan hal-hal baru. Bagi masyarakat kita, mengamati secara daring maupun luring, menemukan suatu produk baru, atau mencoba merasakan pengalaman berbelanja merek tertentu dapat memberikan kepuasan tersendiri. Misalnya, kita sering tak ingin ketinggalan untuk merasakan kuliner yang sedang diperbincangkan di media sosial. Ketiga, menumbuhkan rasa pencapaian dan penghargaan. Masyarakat kita menjadikan berbelanja sebagai “hadiah” bagi diri sendiri karena telah mencapai target tertentu. Misalnya telah menabung sekian lama, mendapat promosi di tempat kerja, atau telah berhasil menumbuhkan kebiasaan positif. Selain itu, sejak lama hasil riset mengindikasikan bahwa berbelanja bisa menjadi terapi. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Consumer Psychology, menunjukkan bahwa berbelanja membantu orang merasa lebih bahagia secara instan—dan juga sangat berguna untuk melawan kesedihan yang berkepanjangan. Salah satu alasannya adalah bahwa berbelanja memberikan rasa kontrol dan otonomi pribadi. Studi lain yang diterbitkan dalam Journal of Psychology & Marketing, menemukan bahwa berbelanja memberikan "dampak positif yang bertahan lama pada suasana hati," dan tidak terkait dengan rasa menyesal atau bersalah karena pembelian spontan. Semua hal di atas hanya akan muncul ketika kita mendapatkan pengalaman belanja yang baik. Tempat-tempat belanja harus mampu memberikan pengalaman berbelanja yang baik untuk memastikan pelanggan akan kembali lagi. Lagi pula sekarang ini, pengalaman berbelanja yang buruk jauh akan menjadi viral dengan bantuan berbagai platform media sosial. Beberapa waktu yang lalu saya membutuhkan sneaker baru untuk jalan-jalan. Setelah melihat-lihat ke beberapa toko, saya menemukan sepatu yang baik di satu toko. Proses belanjanya berjalan baik dan cepat karena penjaga tokonya cukup sigap dan tahu sepatu-sepatu yang ada maupun tidak ada di toko tersebut. Awalnya, semuanya terlihat baik-baik saja. Namun hal yang kurang mengenakkan terjadi saat akan membayarnya saya diminta untuk membayar tambahan Rp untuk kantong kertas. Saya kesal karena untuk saya, membeli sepatu bukan bagian dari belanja rutin yang mana sudah saya siapkan untuk membawa tas belanja sendiri. Selain merupakan barang yang bersifat hedonis, belanja sepatu juga sering kali merupakan kegiatan yang bersifat impulsif. Menurut saya, kantong kertas seharusnya adalah bagian dari layanan, terutama karena harga sepatu sudah cukup tinggi. Dan sebagai toko sepatu, pemilik toko itu harus paham bahwa bisnis utamanya adalah menjual sepatu dan bukan untuk mendapatkan keuntungan ekstra dari memaksa konsumen untuk membayar lebih. Tips memahami pelanggan Lantas, bagaimana cara kita sebagai pemasar atau pebisnis agar untuk terus “cuan” di jaman now? Pengalaman berbelanja yang menyenangkan akan menjadi bahan pembicaraan dari mulut ke mulut yang sangat efektif. Konsumen jauh lebih percaya kepada omongan teman dan saudara daripada media apapun. Bagaimana caranya? Pertama, kenali siapa pelanggan kita. Pria atau wanita? Dewasa atau anak-anak? Kedua, pahami motivasi belanja pelanggan kita. Apa yang mereka cari dari toko atau tempat usaha kita? Produk yang dibutuhkan sehari-hari? Barang-barang yang bersifat hedonis? Ketiga, ketahui bagaimana pola berbelanja mereka. Apakah direncanakan? Dadakan? Rutin? Top up? Atau untuk memenuhi kebutuhan spesifik tertentu? Pemahaman akan hal-hal di atas membantu kita menyusun strategi untuk meningkatkan kepuasan berbelanja. Untuk produk-produk yang bersifat hedonis misalnya, apakah mereka lebih suka mereka dihampiri oleh penjaga toko atau dibiarkan mencari sendiri? Dari berbagai riset yang pernah saya lakukan, ada perbedaan nyata antara pola belanja pria dan wanita untuk kategori produk yang berbeda. Untuk barang-barang elektronik – seperti di toko HP atau toko elektronik, pria cenderung lebih suka dibiarkan mencari sendiri tapi pastikan mereka bisa melihat-lihat informasi mengenai produk yang cukup lengkap. Fungsi dari tim pembelanja adalah untuk membantu ketika pembelanja pria siap untuk melakukan pembelian. Biarkan mereka dan jangan diganggu ketika sedang mencari barang yang diinginkan. Biarkan mereka sepenuhnya menikmati pengalaman berbelanja. Pria yang sama, ketika masuk ke toko kosmetik atau toko baju wanita untuk membelikan hadiah bagi pasangannya justru akan bersikap sebaliknya. Penjaga toko harus segera mendekati untuk menawarkan bantuan. Karena pria ini tidak akan melakukan pencarian sendiri disebabkan oleh motivasi berbelanja yang berbeda. Mereka sungguh buta dan sering kali tidak tahu harus mulai dari mana. Hal-hal lain juga bisa disesuaikan berdasarkan profil pembelanja kita. Misalnya dari suasana toko, pemilihan musik, pencahayaan dan seterusnya. Salah satu supermarket di Australia, menyelenggarakan Pensioner Shopping Day satu hari dalam seminggu, suatu event yang dikhususkan untuk orang-orang berusia lanjut yang sudah pensiun dari pekerjaannya. Supermarket itu memutarkan lagu-lagu dari era yang sesuai untuk meningkatkan rasa senang bagi pembelanja yang menjadi target sasaran mereka. Dalam konteks belanja daring, mungkin relatif lebih susah untuk dapat memberikan hal-hal yang berhubungan dengan sentuhan perasaan atau suasana. Akan tetapi bukan berarti hal ini membuat kanal daring menjadi tidak perlu memperhatikan aspek-aspek yang dapat memberikan kenikmatan dan kebahagiaan. Misalnya dalam hal memenuhi hasrat untuk menjelajahi dan menemukan hal-hal baru, hal ini dapat dipenuhi dengan menyediakan variasi produk yang lebih banyak dibandingkan toko luring, juga dengan cara navigasi yang logis dan intuitif, serta proses Check Out dan pembayaran yang mudah. Hal lain yang tidak kalah penting tetapi sayangnya jarang diperhatikan oleh pemain daring adalah ketika pembeli menerima barang pembelian mereka. Sering kali pengemasan dari toko daring tidak begitu diperhatikan. Karena penjual sering berpikir “yang penting kan isinya.” Penjual daring yang lebih pintar dan berhasil juga memikirkan aspek ini dengan hal-hal seperti kemasan yang baik, kartu ucapan terima kasih yang personal, baik untuk pembelian barang ataupun permintaan produk sampel. Saya jadi teringat kutipan dari Bo Derek, bintang film Amerika tahun 1980-an, yang mengatakan bahwa, “Orang yang mengatakan bahwa uang tidak bisa membeli kebahagiaan, mereka tidak tahu ke mana harus pergi berbelanja.”Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
. 206 272 204 120 187 372 468 83

mengapa orang lebih senang berbelanja di supermarket